Sebuah Cerita Singkat Untuk Kisah yang Singkat
Sebuah Cerita Singkat
Untuk Kisah yang Singkat
Whenever you go
I will waiting for a thousand more
When you care for someone more than they deserve
You get hurt more than you deserve
- Anonim
Aku diam. Memperhatikan wajahnya dalam temaram sinar bulan. Ia tak menoleh barang sedetikpun ke arahku, apalagi berniat membalas berjuta rasa yang berkecamuk didada. Sesekali, cengkerik memperdengarkan suaranya tanpa berniat kami interupsi. Kadang aku, mungkin juga dia, bahkan orang-orang disekitar kami berdua mempertanyakan apa yang aku lakukan terhadapnya, terhadap hubungan kami yang tidak jelas ini. Semua mengalir terlalu cepat untuk kami sadari. Tiba-tiba saja, dua orang berbeda jenis ini terperangkap dalam satu kotak yang menjadikan mereka lebih dekat. Ya, cuman itu.
Tak ada alasan lain yang cukup bagus untuk diangkat sebagai alasan jika banyak orang melontarkan argumen mereka tentang kami. Ketika bersama dan muncul kenyamanan yang menyusup masuk ke tengah kami, itupun sudah lebih dari cukup. Kami, aku dan dia sama-sama bukan tipe penuntut yang mahir bersilat lidah. Ketenangan yang kami rasakan, hal itu yang kadang tak mampu dipahami manusia lain, hanya aku dan dia.
“ Kau tidak bosan? “
Aku tersentak. Sedikit kaget saat tertangkap basah sedang menatap wajahnya. Ada guratan halus terpahat dikeningnya saat alis mata sebelah kanan terangkat keatas. Ia masih mentapku seperti meminta jawaban.
“ Bosan kenapa? “ aku menyahut kemudian membuang muka ketika wajahku mulai dirambati rasa panas.
Ia melengos dan berdiri sebelum kembali menghempaskan bokongnya diatas bangku kayu disebelahku. “ Dengan semua ini. Dengan aku. Dengan hubungan tidak jelas ini. Tidakkah kau merasa semua ini sia-sia? “
Aku mengangguk. Akhirnya ia mempertanyakannya juga. “ Lantas? “ tidak ada kata yang mampu kuucapkan selain itu. Lidahku seakan mati rasa dibuatnya.
“ Aku dan masa depan. Kami ditakdirkan untuk tidak berjodoh. Dan aku rasa, kau tahu itu, “
“ Umm. Aku hanya merasa kau hanya buang-buang waktu. Kau, masih punya jalan yang membentang didepan sana. Sedangkan aku hanya berjalan ditempat, itupun kalau masih bisa. Rasanya, diriku hanya tetap disini. Tak bergerak. Tak beranjak kemana-mana, “
Kalimat yang diucapkannya kembali menghantam dadaku dengan dasyat.
“ Jadi? “ sungguh, aku tidak siap kali ini. Apa maksudnya? Entahlah.
“ Lepaskan aku jika kau juga tertambat di sini. Aku tak bisa menahanmu di sini. Pergilah, “
Aku menarik napas panjang. Satu kata terakhir yang membuat kaku seluruh persendianku. Air mataku luruh saat itu juga. Aku bertahan selama ini karena kata tersebut tak pernah diberikannya padaku, sampai akhirnya tiba.
“ Jika aku tak mau? “
“ Maka aku yang akan pergi, “
![]() |
Dan setelahnya, langit tampak lebih abu-abu.
Selalu abu-abu.
Entah kapan baru membiru...
- Wordofthedust
Saat daun-daun gugur tiba.
Komentar
Posting Komentar